Spasinews.com SOFIFI – Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara(Malut) M.Al Yasin Ali yang ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting di provinsi malut katakan pihaknya sangat membutuhkan kolaborasi dengan semua pihak.
Demikian pula halnya Povinsi Malut tidak bisa berjuang sendiri untuk mengatasi pengentasan stunting.
“Sebagai salah satu unsur pentaheliks dalam wujud kovergensi percepatan penurunan stunting, mitra kerja memiliki peran dan kontribusi bersama mengingat Maluku Utara merupakan provinsi yang perlu meningkatkan prioritas penanganan stunting itu berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, kondisi stunting atau gagal tumbuh anak di provinsi malut sudah turun menjadi 29,07 persen, atau di atas rata-rata nasional 27,6 persen” Kata Wagub.
Untuk itu melihat angka stunting tersebut, Wagub M. Al Yasin Ali berharap agar hal ini harus menjadi perhatian penting seluruh Angka Stunting karena angka tersebut jauh di atas rata-rata angka proporsi stunting nasional yakni sebesar 27,67%.
Menurut Wagub persoalan tingginya stunting di Malut bukan hanya persoalan kesehatan dan kekurangan gizi tetapi juga karena kesulitan mendapatkan akses fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan serta pola asuh yang salah turut menyumbang tingginya angka prevalensi stunting.
“Langkah kongkret yang diperlukan untuk mempercepat penurunan angka stunting adalah pelibatan mitra kerja untuk memperluas jangkauan intervensi sesuai sesuai dengan kebutuhan sasaran dan potensi yang dimiliki mitra kerja,” pungkasnya.
Selain itu juga wagub katakan stunting bisa menyebabkan kualitas SDM yang rendah, padahal Indonesia kini telah memasuki masa bonus demografi, dimana jumlah usia penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk yang pada usia tidak produktif.
Maka dari itu, Wakil Gubernur M.Al Yasin Ali yang baru ditunjuk sebagai ketua Percepatan Penurunan Stunting akan mendorong lintas sektor untuk bekerjasama melakukan intervensi penurunan stunting khususnya di Provinsi dengan angka stunting tertinggi.
Menurut Wagub, remajalah yang menjadi penentunya. Dirinya sangat berharap, remaja tidak melakukan perkawinan di usia terlalu muda, dengan begitu angka kematian ibu dan bayi bisa berkurang serta ibu dan bayi sehat.
“Apabila hal ini bisa diwujudkan maka Indonesia bisa memetik bonus demografi tersebut. Namun sebaliknya bila mereka kawin pada usia muda, mempunyai banyak anak, jarak kelahiran yang berdekatan maka stunting ada di depan mata,” tegasnya.
Wagub juga menyebutkan kini pihaknya menargetkan percepatan penurunan stunting yang harus menuju angka 14 persen di tahun 2024.
” Waktu tinggal 2 tahun sehingga kita harus bekerja cepat dalam rangka untuk merespon stunting itu,” katanya.
Untuk itu dalam waktu dekat ini, pihaknya akan melakukan pertemuan guna membicarakan persiapan untuk bisa mengsosialisasikan pencegahan stunting ke seluruh kecamatan yang ada di provinsi maluku utara.
“ Dalam penurunan dan pencegahan stunting di Maluku Utara pihaknya akan tingkatkan koordinasi Lintas Sektoral baik dari tingkat Desa, Kecamatan, Puskesmas, dan Tim Penurunan dan Pencegahan Stunting di se maluku utara” tutupnya mengakhiri..#tim/red